Mendongeng Atasi Pengalaman Traumatis Anak-anak

Data menunjukkan bencana gempa bumi yang terjadi di Mamuju dan Majene Provinsi Sulawesi Barat pada bulan Januari 2021 masih menyisakan pengalaman traumatis yang berdampak munculnya gangguan stres pasca trauma (Stres Pascatrauma) terutama pada anak-anak dan remaja. Kondisi ini tentu memerlukan perhatian dari berbagai pihak terutama proses pemulihan traumatic yang dialami anak-anak.

Sebagai bentuk pengabdian masyarakat, Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar menyelenggarakan kegiatan “mendongeng” sebagai salah satu upaya mengatasi pengalaman traumatis pada anak-anak, khususnya anak anak korban gempa Mamuju Sulbar pada Januari lalu.

Kegiatan ini diselenggarakan secara virtual (zoom) selama tiga hari yakni pada 6–8 Agustus 2021 dengan menghadirkan pendongeng asal Makassar yakni Kak Heru dan Savira. Ada pun peserta kegiatan ini adalah 250 siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Wildan Mamuju yang telah menjadi korban gempa. Siswa yang mengikuti kegiatan ini mengisi pre dan post tes setiap harinya untuk melihat kebermaknaan dari pelaksanaan kegiatan ini.

Kegiatan dikoordinir oleh Eva Meizara Puspita Dewi, S.Psi., .M.Si., Psikolog.,Basti, S.Psi.,.M.Si. dan Eka Sulfartiningsih, S.Psi., M.Psi., Para psikolog ini mampu membuat eserta dan pihak sekolah merasa senang dengan kegiatan ini karena selaras dengan kurikulum muatan lokal sekolah yakni tanggap bencana dan dikemas dalam bentuk dongeng sehingga anak juga terhibur dan semakin pulih dari traumatis gempa. Demikian disampaikan Rahmad, S.Pd selaku kepala sekolah.

Mendongeng sebagai media untuk pemulihan trauma, diketahui telah menjadi kegiatan yang telah lama dipraktikkan dan berpengaruh secara signifikan terhadap perkembangan kesehatan seseorang khususnya anak-anak.

Selama mendongeng, anak-anak merasa sangat rileks dan terbawa ke dalam latar cerita yang dibawakan karena ketika mereka mendengarkan cerita, setiap anak memiliki imajinasi masing-masing terhadap tokoh dan latar dari cerita yang dibawakan. (rls)